Tugas Individu (Minggu ke 10)
Psikologi Manajemen
KEKUASAAN DAN PENGARUH
A. Definisi Kekuasaan
Kekuasaan (power) adalah kemampuan
yang dimiliki seseorang atau kelompok untuk mempengaruhi individu lain ataupun
kelompok lain. Kekuasaan yang dimiliki seseorang akan menempatkan orang
tersebut dalam suatu kedudukan yang lebih tinggi dibandingkan dengan orang lain
yang dipengaruhinya. Pada umumnya kekuasaan akan menciptakan suatu hubungan
yang vertical dalam suatu organisasi. Kekuasaan juga akan menentukan siapa yang
pantas dan seharusnya mengambil keputusan (decision making) dalam suatu
organisasi.
Teori yang dikemukakan oleh French dan Raven ini menyatakan bahwa kepemimpinan bersumber pada kekuasaan dalam kelompok atau organisasi. Dengan kata lain, orang atau orang-orang yang memiliki akses terhadap sumber kekuasaan dalam suatu kelompok atau organisasi tertentu akan mengendalikan atau memimpin kelompok atau organisasi itu sendiri. Adapun sumber kekuasaan itu sendiri ada tiga macam, yaitu kedudukan, kepribadian dan politik.
Teori yang dikemukakan oleh French dan Raven ini menyatakan bahwa kepemimpinan bersumber pada kekuasaan dalam kelompok atau organisasi. Dengan kata lain, orang atau orang-orang yang memiliki akses terhadap sumber kekuasaan dalam suatu kelompok atau organisasi tertentu akan mengendalikan atau memimpin kelompok atau organisasi itu sendiri. Adapun sumber kekuasaan itu sendiri ada tiga macam, yaitu kedudukan, kepribadian dan politik.
Gilbert
W. Fairholm mendefinisikan kekuasaan sebagai “... kemampuan individu untuk
mencapai tujuannya saat berhubungan dengan orang lain, bahkan ketika dihadapkan
pada penolakan mereka.” Fairholm lalu merinci sejumlah gagasan penting dalam
penggunaan kekuasaan secara sistematik dengan menakankan bahwa kapasitas
personal-lah yang membuat pengguna kekuasaan bisa melakukan persaingan dengan
orang lain.
B.
Sumber-Sumber Kekuasaan dalam
Organisasi
Kekuasaan Berdasarkan Kedudukan
memiliki pengaruh potensial yang berasal dari kewenangan yang sah karena
kedudukannya dalam organisasi terdiri dari:
Kewenangan Formal dan kekuasaan
pribadi.
Kewenangan Formal, yaitu kewenangan yang mengacu pada hak prerogatif, kewajiban dan tanggung jawab seseorang berkaitan dengan kedudukannya dalam organisasi atau sistem sosial.
Kontrol terhadap sumber daya dan imbalan, merupakan kontrol dan penguasaan terhadap sumber daya dan imbalan terkait dengankedudukan formal. Makin tinggi posisi seseorang dalam hirarki organisasi, makin banyak kontrol yang dipunyai orang tersebut terhadap sumber daya yang terbatas. Kontrol terhadap hukuman merupakan kapasitas untuk mencegah seseorang memperoleh imbalan.. Kontrol terhadap informasi menyangkut kontrol terhadap akses terhadap informasi penting maupun kontrol terhadap distribusinya kepada orang lain. Kontrol ekologis menyangkut kontrol terhadap lingkungan fisik, teknologi dan metode pengorganisasian pekerjaan.
Kekuasaan pribadi menjelaskan bahwa kelompok sumber kekuasaan berdasarkan kedudukan akan berlimpah pada orang-orang yang secara hirarki mempunyai kedudukan dalam organisasi. Pengaruh potensial yang melekat pada keunggulan individu terdiri dari: Kekuasaan keahlian (expert power), Kekuasaan kesetiaan (referent power), dan Kekuasaan karisma.
Kekuasaan keahlian (expert power) merupakan kekuasaan yang bersumber dari keahlian dalam memecahkan masalah tugas-tugas penting. Semakin tergantung pihak lain terhadap keahlian seseorang, semakin bertambah kekuasaan keahlian (expert power) orang tersebut.
Kekuasaan kesetiaan (referent power) merupakan potensi seseorang yang menyebabkan orang lain mengagumi dan memenuhi permintaan orang tersebut. Referent power terkait dengan keterampilan interaksi antar pribadi, seperti pesona, kebijaksanaan, diplomasi dan empati.
Kekuasaan karisma merupakan sifat bawaan dari seseorang yang mencakup penampilan, karakter dan kepribadian yang mampu mempengaruhi orang lain untuk suatu tujuan tertentu.
Jenis-jenis kekuasaan berdasarkan
sumbernya
Sumber
kekuasaan biasanya dibagi menjadi dua kelompok besar (Robbins dan Judge,2007),
yaitu:
1.
Sumber kekuasaan antar individu (interpersonal sources of power).
a)
Kekuasaan Formal (Formal Power) adalah kekuasaan yang didasarkan pada posisi
individual dalam suatu organisasi. Kekuasaan ini dapat berasal dari:
i) Kemampuan untuk memaksa (coercive power),
ii) Kemampuan untuk memberi imbalan (reward power)
iii) Kekuatan formal (legitimate power).
b)
Kekuasaan Personal (Personal Power) adalah kekuasaan yang berasal dari
karakteristik unik yang dimiliki seorang individu. Kekuasaan ini dapat berasal
dari:
i) Kekuasaan karena dianggap ahli (Expert Power)
ii) Kekuasaan karena dijadikan contoh (Referent Power)
2.
Sumber kekuasaan struktural (structural sources of power). Kekuasaan ini juga
dikenal dengan istilah inter-group atau inter-departmental power yang merupakan
sumber kekuasaan kelompok.
Sumber
Kekuasaan Antar Individu
Pada
paragrap berikut, penulis akan membahas pengertian masing-masing kekuasaan yang
telah disebutkan (Hughes et all, 2009):
~ Kekuasaan Memaksa (Coercive Power).
Kekuasaan
ini timbul pada diri seseorang karena ia memiliki kemampuan untuk memberikan
hukuman (akibat negatif) atau meniadakan kejadian yang positif terhadap orang
lain. Pada suatu organisasi, biasanya seseorang tunduk pada atasannya karena
takut dipecat, atau diturunkan dari jabatannya. Kekuasaan ini juga dapat
dimiliki seseorang karena ia mempunyai informasi yang sangat penting mengenai
orang lain, yang mempunyai pengaruh sangat besar terhadap orang tersebut.
~ Kekuasaan Memberi Imbalan (Reward
Power).
Kekuasaan
ini timbul pada diri seseorang karena ia memiliki kemampuan untuk mengendalikan
sumber-daya yang dapat mempengaruhi orang lain, misalnya ia dapat menaikkan
jabatan, memberikan bonus, menaikkan gaji, atau hal-hal positif lainnya.
~ Kekuasaan Resmi (Legitimate Power).
Kekuasaan
ini timbul pada diri seseorang karena ia memiliki posisi sebaga pejabat pada
struktur organisasi formal. Orang ini memiliki kekuasaan resmi untuk
mengendalikan dan menggunakan sumber-daya yang ada dalam organisasi.
Kekuasaannya meliputi kekuatan untuk memaksa dan memberi imbalan Anggota
organisasi biasanya akan mendengarkan dan melaksanakan apa yang dikatakan oleh
pemimpinnya, karena ia memiliki kekuasaan formal dalam organisasi yang
dipimpinnya.
~ Kekuasaan karena Ahli (Expert
Power).
Kekuasaan
ini timbul pada diri seseorang karena ia memiliki keahlian, ketrampilan atau
pengetahuan khusus dalam bidangnya. Misalnya seorang ahli computer yang bekerja
pada sebuah perusahaan, atau seorang karyawan yang memiliki kemampuan
menggunakan 2 atau 3 bahasa internasional, akan memiliki expert power karena
sangat dibutuhkan oleh perusahaannya.
~ Kekuasaan karena pantas dijadikan
contoh (Referent Power).
Kekuasaan
ini timbul pada diri seseorang karena ia memiliki sumber-daya, kepribadian yang
menarik, atau karisma tertentu. Kekuasaan ini dapat menimbulkan kekaguman pada
orang tersebut, dan membuat orang yang mengaguminya ingin menjadi seperti orang
tersebut. Misalnya seorang dengan kepribadian menarik, sering dijadikan contoh
atau model oleh orang lain dalam berperilaku.
~ Sumber Kekuasaan Struktural
Sumber
Kekuasaan Struktural sering disebut juga Inter-departmental Sources of Power
(Inter-group Sources of Power). Sumber dan penggunaan kekuasaan pada tingkat
kelompok, khususnya departemen yang ada di dalam suatu organisasi memiliki
nilai yang tinggi dalam studi tentang perilaku organisasi. Saunders, 1990
(Brooks, 2006) mengatakan bahwa kekuasaan pada tingkat departemen atau kelompok
dapat berasal dari 5 sumber yang potensial, yang mungkin saja saling
tumpang-tindih (overlap), yaitu:
1.
Ketergantungan (Dependency). Jika departemen A bergantung pada departemen B
untuk informasi atau kerjasama lainnya untuk dapat mengerjakan tugasnya dengan
efektif, maka departemen B memiliki sumber kekuasaan terhadap departemen A.
2.
Kesentralan (Centrality). Ini adalah ukuran tingkat pentingnya suatu departemen
bekerja untuk tujuan utama organisasi. Secara alternatif dapat dianggap sebagai
suatu ukuran seberapa besar departemen tersebut tidak dibutuhkan oleh
organisasi tersebut. Semakin penting departemen tersebut bagi organisasinya,
maka akan semakin besar kekuasaannya.
3.
Sumber Dana (Financial Resources).Departemen yang menghasilkan sumber dana
sendiri, khususnya jika mereka mampu menghasilkan pendapatan lebih besar
dibandingkan departemen lainnya, akan mendapatkan keuntungan dari sumber
kekuasaan ini.
4.
Ketidak-berlanjutan (Non-sustainability). Berhubungan dengan tingkat pentingnya
departemen tersebut. Keberlanjutan adalah suatu ukuran seberapa mudah fungsi
dari departemen tersebut digantikan oleh yang lain. Departemen yang mudah
ditutup karena dapat digantikan fungsinya, akan memiliki kekuasaan yang rendah.
5.
Menghadapi ketidak-pastian (Copying with uncertainty). Departemen yang memiliki
kemampuan menurunkan ketidak-pastian bagi departemen yang lain, akan memiliki
kekuasaan yang lebih besar.Departemen yang memiliki kekuasaan lebih tinggi akan
memiliki daya tawar (bargaining power) dan pengaruh (influencing power) yang
lebih besar dibandingkan departemen yang kekuasaannya lebih rendah.
Ada 5 konsep kekuasaan menurut John
Brench dan Bertram raven, yaitu:
a. kuasa paksaan (coercive power), yang mampu menghukukm seseorang yang tidak melakukan perintah.
b. reward power, yang diberi order untuk melakukan sesuatu dapat tunduk jika diberi imbalan
c. legitimative power, seorang penguasa akan menuntut bawahannya agar taat padanya
d. expert power, seseorang penguasa memang memiliki keahlian dalam bidang
e. referent power, sang penguasa memiliki karisma sehingga para pengikutnya ingin menjadi seperti dia dan mau meakukan apa saja untuknya.
a. kuasa paksaan (coercive power), yang mampu menghukukm seseorang yang tidak melakukan perintah.
b. reward power, yang diberi order untuk melakukan sesuatu dapat tunduk jika diberi imbalan
c. legitimative power, seorang penguasa akan menuntut bawahannya agar taat padanya
d. expert power, seseorang penguasa memang memiliki keahlian dalam bidang
e. referent power, sang penguasa memiliki karisma sehingga para pengikutnya ingin menjadi seperti dia dan mau meakukan apa saja untuknya.
· C. Definisi
Pengaruh
Sebagai esensi dari kepemimpinan, pengaruh diperlukan untuk
menyampaikan gagasan, mendapatkan penerimaan dari kebijakan atau rencana dan
untuk memotivasi orang lain agar mendukung dan melaksanakan berbagai keputusan..
Jika kekuasaan merupakan kapasitas untuk menjalankan
pengaruh, maka cara kekuasaan itu dilaksanakan berkaitan dengan perilaku
mempengaruhi. Oleh karena itu, cara kekuasaan itu dijalankan dalam berbagai
bentuk perilaku mempengaruhi dan proses-proses mempengaruhi yang timbal balik
antara pemimpin dan pengikut, juga akan menentukan efektivitas kepemimpinan.
E. Pengaruh Taktik Organisasi
Kekuasaan
adalah kemampuan untuk mempengaruhi orang lain. Selain menggunakan kekuasaan,
ada berbagai cara yang dapat digunakan oleh orang yang berada dalam organisasi
untuk mempengaruhi orang lain.
Taktik-taktik mempengaruhi (Influence
Tactics) adalah cara-cara yang biasanya digunakan oleh seseorang untuk
mempen-garuhi orang lain, baik orang yang merupakan atasan, setingkat, atau
bawahannya. Dengan mengetahui dan menggunakan hal ini, maka seseorang dapat
mempengaruhi orang lain, dengan tidak menggunakan kekuasaan yang dimilikinya.
Kipnis dan Schmidt adalah peneliti yang
pertama kali meneliti taktik-taktik yang biasa digunakan orang untuk
mempengaruhi orang lain. (Kipnis dan Schmidt, 1982). Berbagai alat ukur telah
dibuat untuk meneliti taktik mempengaruhi, dan salah satu yang terbaik adalah
yang dibuat oleh Yukl dkk, yaitu yang disebut Influence Behavior Questionnaire
(Yukl, Lepsinger, and Lucia, 1992). Hasil penelitian Yukl dkk, menun-jukkan ada
sembilan jenis taktik yang biasa digunakan di dalam organisasi (Hugheset all,
2009), yaitu:
·
Persuasi Rasional (Rational
Persuasion), terjadi jika seseorang mempengaruhi orang lain dengan menggunakan
alasan yang logis dan bukti-bukti nyata agar orang lain tertarik.
·
Daya-tarik Inspirasional
(Inspirational Appeals), terjadi jika seseorang mempengaruhi orang lain dengan
menggunakan suatu permintaan atau proposal untuk membangkitkan antusiasme atau
gairah pada orang lain.
·
Konsultasi (Consultation), terjadi
jika seseorang mempengaruhi orang lain dengan mengajak dan melibatkan orang
yang dijadikan target untuk berpartisipasi dalam pembuatan suatu rencana yang
akan dilaksanakan.
·
Mengucapkan kata-kata manis
(Ingratiation), terjadi jika seseorang mempengaruhi orang lain dengan
menggunakan kata-kata yang membahagiakan.
·
Daya-tarik Pribadi (Personal
Appeals), terjadi jika seseorang mempengaruhi orang lain atau memintanya untuk
melakukan sesuatu karena merupakan teman atau karena dianggap loyal.
·
Pertukaran (Exchange), terjadi jika
seseorang mempengaruhi orang lain dengan memberikan sesuatu keuntungan tertentu
kepada orang yang dijadikan target, sebagai imbalan atas kemauannya mengikuti
suatu permintaan tertentu.
·
Koalisi (Coalitions), terjadi jika
seseorang meminta bantuan dan dukungan dari orang lain untuk membujuk agar
orang yang dijadikan target setuju.
·
Tekanan (Pressure), terjadi jika
seseorang mempengaruhi orang lain dengan menggunakan ancaman, peringatan, atau
permintaan yang berulang-ulang dalam meminta sesuatu.
·
Mengesahkan (Legitimacy), terjadi
jika seseorang mempengaruhi orang lain dengan menggunakan jabatannya,
kekuasaannya, atau dengan mengatakan bahwa suatu permintaan adalah sesuai
dengan kebijakan atau aturan organisasi.
DAFTAR PUSTAKA
John R. Schemerhorn, James G. Hunt,
and Richard N. Osborn, Basic Organizational Behavior, 2nd edition, 1998, hlm
195.
Sukoco, Badri Munir. (2007). Manajemen
Administrasi Perkantoran Modern. Jakarta: Erlangga.
Tangkilisan, Drs.Hessel Nogi S. (2005). Manajemen
Publik. Jakarta: PT. Grasindo.
Umar, Husein. (2000). Business An
Introduction. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Media.
Marianti,M.M.(2011).Kekuasaan dan
Taktik Mempengaruhi Orang Lain dalam Organisasi.volume 07, p.51
Yukl, G. A., R. Lepsinger, and T.
Lucia. 1992. Preliminary Report on the Development and Validation of the
Influence Behavior Questionnaire. in Impact of Leadership. Eds. K. E. Clark, M.
B. Clark, and D. P. Campbell. Greensboro, NC:Center for Creative Leadership.
Robbins and Judge. 2007.
Organizational Behavior 12th Edition. Pearson International Edition, New
Jersey.
Kipnis, D., and S. M. Schmidt. 1982.
Profiles of Organizational Strategies. Form M.San Diego, CA: University
Associates.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar