|
NAMA :
FEBBRYRAHMAT DWICAHYO
KELAS : 2PA03
NPM : 12512844
|
Contoh Kasus dalam kaitannya dengan
teori kebutuhan Abraham Maslow
Maslow berpendapat bahwa kelima
kategori kebutuhan membentuk suatu hirarki. Seorang individu pertama-tama akan
termotivasi untuk memenuhi kebutuhan fisiologis. Setelah kebutuhan fisiologis
terpenuhi, kebutuhan ini berhenti berfungsi sebagai faktor penggerak motivasi
yang utama dan sang individu bergerak “menaiki” tangga hirarki dan mulai
mencoba memenuhi kebutuhan akan keamanan. Proses ini berlanjut terus
sampai orang tersebut mencapai level aktualisasi diri.
Konsep
Maslow mengenai hirarki kebutuhan memiliki logika intuitif yang pasti dan
diterima banyak manajer. Tetapi riset menemukan bahwa 5 level kebutuhan Maslow
tidak selalu ada dan urutan level tidak selalu sama dengan apa yang diterapkan
oleh Maslow. Selain itu individu dari kultur berbeda cenderung memiliki
kategori dan hirarki kebutuhan yang berbeda.
Akibat
kecaman dari berbagai pihak, muncul hirarki kebutuhan alternatif yang dinamakan
ERG atas motivasi. ERG itu sendiri singkatan dari Existence needs,
Relatedness needs, Growth Needs yang dikemukakan oleh pakar sumber
daya manusia yaitu Clayton Alderfer. Teori ini mengubah hirarki kebutuhan yang
dikembangkan oleh Maslow menjadi 3 level.
Kebutuhan eksistensi (E)
yang berkaitan dengan kebutuhan fisiologis dan keamanan. Kebutuhan hubungan (R)
yang berfokus pada bagaimana individu berhubungan dengan lingkungan sosialnya.
Dalam hirarki Maslow kebutuhan ini mencakup kebutuhan diterima orang lain dan
pengakuan dari orang lain. Kebutuhan pertumbuhan (G) yang merupakan level
tertinggi dalam skema ERG meliputi kebutuhan penghargaan diri dan aktualisasi
diri.
Meskipun
teori ERG mengasumsikan bahwa perilaku yang termotivasi mengikuti hirarki yang
agak serupa dengan Maslow, terdapat 2 perbedaan penting. Pertama, teori ERG
menyatakan lebih dari satu level kebutuhan bisa menggerakkan motivasi pada saat
yang bersamaan. Contoh, teori ERG menyatakan individu bisa termotivasi oleh
keinginan akan uang (eksistensi), pertemanan (hubungan), dan peluang meraih
kesuksesan (pertumbuhan) pada saat yang bersamaan.
Kedua, teori ERG memiliki elemen
frustasi-regresi. Jika kebutuhan tertentu tidak terpenuhi, individu akan
menjadi frustasi, mundur ke level yang lebih rendah dan mulai mengejar
kebutuhan tersebut sekali lagi.
Contoh kasus :
Seorang pekerja yang
termotivasi oleh uang (eksistensi) baru saja mendapat kenaikan gaji memadai
untuk memenuhi kebutuhan eksistensi. Kemudian dia berupaya membina lebih banyak
pertemanan untuk memenuhi kebutuhan hubungan. Karena sejumlah alasan, dia
merasa tidak mungkin membangun pertemanan/persahabatan lebih baik dengan orang
lain di tempat kerja, dia akan frustasi dan mundur ke belakang serta berusaha
menghasilkan lebih banyak uang.
Dari kedua teori di
atas, masing-masing memang memiliki kelebihan dan kekurangan. Dengan teori
Maslow, setiap individu akan dipicu dan termotivasi untuk selalu meningkatkan
kualitas diri dan kualitas hidup agar bisa mencapai hirarki yang teratas.
Walaupun mungkin agak memaksa diri. Sedangkan dalam teori Alderfer, lebih
memberikan toleransi kepada individu bahwa masih ada kesempatan kedua untuk
mencapai sesuatu yang kita inginkan jika memang belum tercapai. Kita dipuaskan
untuk menikmati tiap level hirarki kebutuhan itu semaksimal mungkin. Jadi
sifatnya lebih fleksibel dibandingkan dengan teori motivasi Maslow
Tidak ada komentar:
Posting Komentar