Rabu, 25 Juni 2014

Tugas Wawancara, Kesehatan Mental



Kali ini saya akan berceritra tentang “Keharmonisan Rumah Tangga PASUTRI (Pasangan Suami dan Istri) sebagai bagian dari tugas mata kuliah Kesehatan Mental.

            Terwujudnya keharmonisan rumah tangga adalah dambaan setiap pasangan suami-istri, namun tidak semua pasangan suami istri bisa menerapkan keharmonisan dalam rumah tangganya. Untuk melatih kemampuan wawancara, saya mewancarai pasangan suami istri yang usia pernikahan mereka sudah 24 tahun, dikaruniai tiga orang anak. Anak pertama, kedua adalah laki-laki dan anak bungsu mereka perempuan. Dari hasil wawancara tersebut saya mendeskripsikan bahwa keharmonisan pasangan suami istri ini punya alasan yang berbeda dari pasangan lain. Ketika mereka telah memilki komitmen untuk menjadi seorang pasangan suami istri melalui pernikahan, lalu kemudian mereka hidup bersama menjadi keluarga yang menjalani kehidupan sederhana dengan tujuan yang sama yaitu membahagiakan keluarganya. Ternyata ada beberapa hal yang mereka terapkan untuk menjaga keharmonisan dalam rumah tangga mereka dia antaranya : 

Saling menghargai, menurut pasangan ini menghormati adalah salah satu cara kita member posisi tertinggi setelah Tuhan dan orang tua di hati kita. Menghormati keberadaan suami atau istri yang mendampingi kita akan merasa dihargai. Tidak peduli apakah anda lwbih tua atau muda dari pasangan anda, yang penting perilaku saling menghormati terus dijaga. Misalnya dengan menjaga nama baik pasangan adalah salah satu sikapmenhormati.

Saling pengertian, pada saat memutuskan untuk menjalani nsebuah rmah tangga tentunya mereka telah sanggup untuk menerima segala kekurangan atau kelebihan masing-masing. Jika tidaka ada saling pengertian maka konflik salam rumah tangga sering terjadi. Cara mereka untuk salaung perhatian adalah misalnya menutupi kekurangan pasangan masing-masing dengan kelebihan yang dimiliki atau misalnya juga pada saat pasangan kita menerima ujian hidup dalam kondisi yang tidak menyenangkan sekalipun kita tetap berusaha untuk mengerti.

Komunikasi yang lancar. Dengan komunikasi mereka jadi bisa mengetahui kondisi atau susasana hati pasangannya. Komunikasi secara terbuka tanpa ada unsur kecurigaan atau kerahasiaan dalam rumah tangga akan membuat pasangan  menjadi lebih percaya apabila dilakukan dengan jujur. Sehingga mengurangi adanya kemungkinan konflik. Misalnya, mereka tidak merasa ragu apabila mengungkapkan suasana hati, seputar anak, atau tujuan bersama karna menurut mereka pasangan adalah orang terdekat saat  mereka memutuskan untuk berumah tangga.

Menciptakan suasana romantis, meskipun menurut mereka sangat susah sekali menciptakan suasana romantis dalam rumah tangga, tetapi hal itu bisa diatur atau diciptakan melalui keceriaan bersama keluarga, jauh dari rasa stress, humoris dalam rumah. Misalnya saja hal kecil yang dapat menyenagkan pasangan itu bisa jadi suasana romantis. Membengunkan pasangan  dari tidur, membuatkan secangkir the atau kopi, menyiapkan makan, member pujian kepada pasangan.

Saling mendoakan, sebagai seorang muslim tentunya menurut mereka mendo’akan pasangan itu perlu untuk menjaga keharmonisan dalam rumah tangga, mereka yakin Tuhan adalah Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Mendo’akan  pasangan agar slalu diberikan yang terbaik dalam menjalani bahtera kehidupan bersama pasangan dan anak-anak. Misalnya, menyelipkan do’a untuk pasangan setelah sholat. Itu membuktikan rasa saying mereka terhadap pasangan.

            Pasangan suami istri ini menganggap bahwa kesetian adalah sebuah komitmen, dimana mereka memiliki tanggung jawab yang penuh untuk menjalani kehidupan sehingga tercipta keharmonisan dalam rumah tangga. Apabila tidak dijalani dengan baik maka tidak bisa mendapatkan makna atau arti dari kebahagian bersama.

Narasumber : PASUTRI (Pasangan Suami dan Istri)
Pewawancara : Febbry Rahmat Dwicahyo  12512844
Kelas 2PA03, Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma